Tuesday, August 21, 2007

terjemah tafsir ibnu katsir

Terjemahan Muqoddimah Tafsir Ibnu Katsir ini merupakan terjemahan dari kitab asalnya karya Ibnu Katsir sendiri tanpa ada ringkasan atau melalui karya tulis pihak lain. Kitab Tafsir Ibnu Katsir terkenal sebagai kitab tafsir yang dikelompokkan ke dalam tafsir bil ma’tsur (tafsir ayat-ayat Al-Qur’an dengan ayat-ayat Alqur’an dan hadis-hadis Nabi) sehingga terhimpun di dalamnya faedah yang sangat banyak karena di dalamnya termuat dua pokok sumber hukum Islam, yaitu Alqur’anul Karim dan Sunnah Rosul-Nya.
Tiada suatu ayat pun yang ada di dalamnya melainkan diterangkan dengan hadits yang melatarbelakangi penurunannya, sehingga memperjeias makna yang dimaksud dan subjek yang ditujunya. Bahkan di dalam kitab tafsir ini disebutkan pula sanad setiap hadis yang dikemukakan sebagai tanggung jawab iimiah dari Al-Imam Ibnu Katsir dalam penukilannya.

Ibnu Katsir
Syekh Imam Al-Hafidh, Imaduddin Abul Fida Isma’il ibnul Khatib Abu Hafs, Umar ibnu Katsir —semoga Alloh melimpahkan rahmat dan rida-Nya kepada dia— mengatakan, “Segala puji bagi Alloh yang telah membuka kitab-Nya dengan firman-Nya:
Segala puji milik Alloh Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari pembalasan (Al-fatihah 2-4)
Segala puji bagi Alloh yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al Qur’an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya;sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Alloh dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik,mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya;Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: “Alloh mengambil seorang anak”.Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta. (Al-Kahfi:1-5).
Alloh memulai penciptaan-Nya dengan pujian. Untuk itu, Dia berfirman:“Segala puji bagi Alloh Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka”
Alloh mengakhiri penciptaan-Nya dengan pujian pula. Maka sesudah menceritakan tempat ahli surga dan tempat ahli neraka, Dia berfirman:“Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat berlingkar di sekeliling Arasy bertasbih sambil memuji Tuhannya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Alloh dengan adil dan diucapkan: “Segala puji bagi Alloh, Tuhan semesta alam”. (Az-Zumar: 75)
Dan Dialah Alloh, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.(Al-Qoshosh:70)
Segala puji bagi Alloh yang memiliki apa yang di langit dan apa yang di bumi dan bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dia-lah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.(Saba': 1)
Hanya milik Alloh -lah segala puji di dunia dan di akhirat, yakni dalam semua yang telah diciptakan-Nya dan yang sedang diciptakan-Nya. Dia-lah Yang Maha Terpuji dalam semua itu, sebagaimana yang telah dikatakan oleh seseorang dalam salatnya, yaitu:“Ya Alloh, Tuhan kami, bagi-Mulah segala puji sepenuh langit, sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki sesudah bumi dan langit.”
Oleh sebab itu, Dia mengilhamkan kepada penduduk surga untuk bertasbih dan bertahmid kepada-Nya, sebagaimana mereka diberi ilham untuk bernapas. Dengan kata lain, mereka bertasbih dan bertahmid kepada-Nya sebanyak bilangan napas mereka, karena mereka merasakan kebesaran nikmat Alloh yang terlimpah kepada mereka, kesempurnaan kekuasaan-Nya, kebesaran pengaruh-Nya, dan anugerah-anugerah-Nya yang terus-menerus serta kebaikan-Nya yang kekal terlimpah kepada mereka, sebagaimana disebutkan di dalam firman-Nya:“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan.Doa mereka di dalamnya ialah: “Subhanakallahumma”, dan salam penghormatan mereka ialah: “Salam”. Dan penutup doa mereka ialah: “Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamin.” (Yunus:9-10)
Segala puji bagi Alloh yang mengutus rasul-rasul-Nya dengan membawa berita gembira dan memberi peringatan supaya tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Alloh sesudah diutus-Nya rasul-rasul itu. Dia mengakhiri mereka (para rasul) dengan nabi yang ummi dari Arab, berasal dari Mekah, sebagai pemberi petunjuk ke jalan yang paling jelas. Alloh telah mengutusnya kepada segenap makhluk-Nya dari kalangan umat manusia dan jin, mulai dari pengangkatannya sebagai rasul hingga hari kiamat nanti, seperti yang disitir oleh firman-Nya:Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Alloh kepadamu semua, yaitu Alloh yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Alloh dan Rosul Nya, Nabi yang umi yang beriman kepada Alloh dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”. (Al-Araf: 158)
Firman Alloh Ta'ala dalam ayat lainnya: supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al Qur’an (kepadanya)(al-an’am:19)
Barang siapa yang sampai kepadanya Al-Qur’an, baik dia sebagai orang Arab ataupun orang Ajam, orang yang berkulit hitam ataupun merah, manusia ataupun jin, maka Al-Qur’an itu merupakan peringatan baginya. Karena itu, di dalam firman-Nya disebutkan:“Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Qur’an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya” (Hud:17)
Barang siapa dari kalangan mereka yang telah kami sebut kafir (ingkar) kepada Al-Qur’an, maka neraka adalah tempat yang diancamkan baginya berdasarkan nas dari Alloh Ta’ala. Pengertiannya sama dengan firman lainnya, yaitu:“Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al Qur’an). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui, (Al-Qolam:44)
Rasululloh. bersabda:“Aku diutus kepada kulit merah dan kulit hitam.”
Menurut Mujahid, makna yang dimaksud ialah umat manusia dan jin. Beliau diutus kepada dua jenis makhluk tersebut untuk menyampaikan kepada mereka apa yang telah diwahyukan oleh Allah kepadanya dari Kitab Al-Qur’an yang mulia ini, yang tidak datang kepadanya kebatilan —baik dari depan maupun dari belakangnya—, yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji.
Nabi Muhammad telah memberitahukan kepada mereka di dalam Al-Qur’an, bahwa Alloh telah menganjurkan mereka untuk memahami Al-Qur’an melalui firman-Nya:“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an? Kalau kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Alloh, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (An-Nisaa:82)
Alloh Ta’ala berfirman:Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (shad: 29)
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ataukah hati mereka terkunci? (Muhammad:24)
Kewajiban yang terpikul di pundak para ulama ialah menyelidiki makna-makna Kalamulloh dan menafsirkannya, menggali dari sum-ber-sumbemya serta mempelajari hal tersebut dan mengajarkannya, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:Dan (ingatlah), ketika Alloh Ta’ala mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya.” Lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima. (Ali-Imron:187), juga firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Alloh Ta’ala dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Alloh Ta’ala tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih. (Ali Imron:77)
Alloh Ta’ala mencela sikap kaum ahli kitab sebelum kita, karena mereka berpaling dari Kitabullah yang diturunkan kepada mereka, mengejar keduniawian serta menghimpunnya, dan sibuk dengan semua hal yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan apa yang diperintahkan oleh Alloh Ta’ala melalui kitab-Nya.
Maka sudah menjadi kewajiban bagi kita kaum muslim menghentikan semua perbuatan yang menyebabkan mereka (kaum ahli kitab) dicela oleh Alloh Ta’ala, dan kita wajib pula mengerjakan hal-hal yang diperintahkan oleh Alloh Ta’ala, yaitu mempelajari Kitabullah yang diturunkan kepada kita, mengajarkannya, memahaminya, dan memberikan pengertian tentangnya.
Alloh Ta’ala berfirman: Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Alloh Ta’ala dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya. (Al-Hadid:16-17)
Alloh Ta'ala menyebutkan ayat terakhir ini sebelum ayat pertama, untuk mengingatkan bahwa sebagaimana Alloh Ta'ala menghidupkan bumi sesudah matinya, demikian pula cara Dia melunakkan hati dengan iman dan hidayah sesudah keras dan kesat karena pengaruh dosa dan maksiat. Hanya kepada Alloh-lah memohon harapan dan bimbingan, semoga Dia melakukan hal tersebut kepada kita; sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Mahamulia.

Rasulullah Saw. bersabda:“Aku diutus kepada kulit merah dan kulit hitam.”
Menurut Mujahid, makna yang dimaksud ialah umat manusia dan jin. Beliau diutus kepada dua jenis makhluk tersebut untuk menyampaikan kepada mereka apa yang telah diwahyukan oleh Allah kepadanya dari Kitab Al-Qur’an yang mulia ini, yang tidak datang kepadanya kebatilan —baik dari depan maupun dari belakangnya—, yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji.
Nabi Saw. telah memberitahukan kepada mereka di dalam Al-Qur’an, bahwa Allah Swt. telah menganjurkan mereka untuk memahami Al-Qur’an melalui firman-Nya:“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an? Kalau kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (An-Nisaa:82)
Allah Swt. berfirman:Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (shad: 29)Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ataukah hati mereka terkunci? (Muhammad:24)
Kewajiban yang terpikul di pundak para ulama ialah menyelidiki makna-makna Kalamullah dan menafsirkannya, menggali dari sum-ber-sumbemya serta mempelajari hal tersebut dan mengajarkannya, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya.” Lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima. (Ali-Imron:187), juga firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih. (Ali Imron:77)
Allah Swt. mencela sikap kaum ahli kitab sebelum kita, karena mereka berpaling dari Kitabullah yang diturunkan kepada mereka, mengejar keduniawian serta menghimpunnya, dan sibuk dengan semua hal yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan apa yang diperintahkan oleh Allah Swt. melalui kitab-Nya.
Maka sudah menjadi kewajiban bagi kita kaum muslim menghentikan semua perbuatan yang menyebabkan mereka (kaum ahli kitab) dicela oleh Allah Swt., dan kita wajib pula mengerjakan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah Swt., yaitu mempelajari Kitabullah yang diturunkan kepada kita, mengajarkannya, memahaminya, dan memberikan pengertian tentangnya.
Allah swt berfirman: Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya. (Al-Hadid:16-17)
Allah Swt. menyebutkan ayat terakhir ini sebelum ayat pertama, untuk mengingatkan bahwa sebagaimana Allah Swt. menghidupkan bumi sesudah matinya, demikian pula cara Dia melunakkan hati dengan iman dan hidayah sesudah keras dan kesat karena pengaruh dosa dan maksiat. Hanya kepada Allah-lah memohon harapan dan bimbingan, semoga Dia melakukan hal tersebut kepada kita; sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Mahamulia

bersambung....

No comments: